Minggu, 26 Mei 2013

PERKAWINAN BAJAJ



Zaman dulu mulai 1957 model motor tiga roda seperti bemo sudah ada di Jepang. Lalu dari India muncul bajaj sekitar 10 tahun kemudian. Bahkan sampai ke Indonesia Bajaj jadi populer.

Kini Bajaj yang stabil muncul kembali di Tokyo dengan perkawinan teknologi Jepang khususnya dari perusahaan Nihon Electrike yang bermarkas di Kawasaki, 30 menit dari Tokyo.Tribunnews.com mewawancarai khusus CEO-nya, Noboru Matsunami, di kantornya, Rabu(1/5/2013).



"Memang itu Bajaj dari India kami membeli puluhan unit lalu kami konversi dengan mesin elektrik sehingga menjadi mobil Elektrike dengan body Bajaj," paparnya.

Perusahaannya dibangun lima tahun lalu karena memang ingin memproduksi Elektrike secara massal. Tapi saat ini dia masih menargetkan penjualan 10 unit dulu dan tahun depan sedikitnya 100 unit, tambahnya.

Body boleh bajaj, dibeli dengan sangat murah di India diimpor ke Jepang lalu mesinnya diganti dengan motor listrik dua buah, sehingga menjadi mobil listrik tiga roda.

Apa sih kehebatannya? Inilah yang dibuat Matsunami dan timnya yang mantan atau pensiunan ahli listrik Nissan, Toyota, Honda dan Yamaha.

Apabila Bajaj kita naiki, tentu saat mengerem kita akan tertarik, menukik ke depan. Demikian pula belok kiri dan belok kanan akan ketarik ke kanan atau ke kiri, sehingga Bajaj menjadi tidak seimbang, bisa mudah terbalik dan menimbulkan kecelakaan berbahaya.

Dengan Elektrike buatannya, semua itu bisa ditangani dengan baik sehingga menjadi stabil. Tidak perlu terasa menukik, tidak perlu terasa terangkat kalau nge gas tinggi, dan tak perlu takut terjungkal kalau belok ke kiri atau ke kanan. Kendaraan sangat stabil dan mudah dikendarai, mudah atau ringan pula di setir.

Kuncinya di mana? Teknologi ada di kedua roda belakang yang masing-masing digerakkan oleh motor tersendiri dan sama. Tetapi motor itu terkait sistem seperti hidraulik otomatis sehingga bisa mengangkat bagian roda yang bersangkutan, menyeimbangkan kendaraan. Kalau ke kiri maka yang berfungsi motor dan roda kanan yang akan melakukan penyesuaian. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan motor dan roda kiri istirahat sejenak mengikuti arahan dan menyeimbangkan dengan aktivitas roda kanan. Semua di set dengan sistem yang baik, sehingga penggunaan listrik pun efisien dan efektif, tidak boros.

Itulah temuan teknologi dan andalan Elektrike yang diperlihatkan di bengkelnya khusus kepada Tribunnews.com yang juga mencobanya.

Selain itu bagian belakang juga memiliki wide angle kamera sehingga saat mundur tinggal melihat monitor di kaca depan kiri sehingga sekaligus bisa melihat pemandangan di depannya, dapat mengontrol kendaraan sendiri tanpa perlu bantuan orang lain dan tak perlu repot melongok kanan kiri ke luar kendaraan.

Mobil tiga roda ini memang diproduksi dan ditujukan untuk keperluan bisnis. Sangat akrab lingkungan tidak mengeluarkan asap karena menggunakan listrik, irit, bisa dipakai untuk jalan sejauh 50 kilometer dan setelah di charge kembali bisa mencapai jarak 40 km. Laju kecepatan juga 50km per jam. Kekuatan bateri titanium 5 kwH. Bisa mengangkut barang sampai 150 kilogram.

"Memang sangat bagus untuk bisnis sehari-hari. Kami sedang negosiasi serius agar bisa dipakai kantorpos Jepang sehingga nyaman bagi pengantarnya, tidak kehujanan tidak kepanasan dan di lingkungan tidak berisik, nyaman bagi masyarakat setempat pula."

Harganya kini memang masih mahal sekitar 200 juta rupiah, tetapi kalau sudah empat tahun mendatang mudah-mudahan bisa dijual 100 juta rupiah karena sudah memproduksi ratusan bahkan mungkin ribuan unit, harapnya.

Matsunami secara terbuka juga membeberkan porsi produksi mobil tiga roda yang terdaftar dikepolisian Jepang sebagai kendaraan roda tiga seperti motor dengan kapasitas setara 250cc.

Menurutnya, porsi biaya produk sebenarnya hanya sepertiga, lalu sepertiga keuntungan dan sepertiga lagi biaya karyawan, marketing dan biaya-biaya penjualan lain.

"Makanya produsen mobil itu sebenarnya sangat menguntungkan sekali," tekannya lagi.

Untuk membuat mobil tiga roda ini Matsunami sebenarnya sempat mendekati Duta Besar India di Tokyo. Termasuk menjamunya di tempat yang mahal dan sebagainya. Setelah ditunggu satu tahun tak ada hasil apapun yang berarti.

Keberuntungannya mulai bersinar setelah berkenalan dengan Kawasaki Heavy Industry sehingga bisa berkenalan dengan CEO Bajaj Auto di India dan melihat pabrik tersebut.

"Luar biasa memang saya sangat terkesan. Dengan production line yang ada mereka secara otomatis bisa membuat 46000 unit Bajaj per hari. Kaget saya menyaksikan pabriknya yang luar biasa hebat itu. Hasil produksinya, separuh di ekspor separuh di jual di dalam India."

Matsunami yang pernah ke Jakarta sekitar 10 tahun lalu, berharap Bajaj yang sudah populer ini dengan penyesuaian penggunaan listrik mungkin bisa dipakai di Indonesia, sehingga polusi dapat terkurangi nantinya.

Bajaj dengan motor listrik diperlihatkan pula kepala CEO Bajaj Auto dan mendapat tanggapan yang sangat positif dari CEO tersebut, tekannya.

Dulu Bemo atau Bajaj pernah dipakai di Jepang, kini akan dipakai dan populer kembali. Tampaknya sejarah akan berulang kembali dan semua menuju kepada kesederhanaan serta akrab lingkungan, sehingga membuat kehidupan manusia pun semakin nyaman. Penggunaannya pun nyaman aman sederhana, sehingga siapa pun dapat menggunakan dengan mudah. Apakah Bajaj ini akan kembali populer di Indonesia lagi?
tribunnews.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar